POLEMIK SISTEM DIVISI TENIS MEJA DI INDONESIA

Polemik Sistem divisi dimana perdebatan soal divisi menjadi sangat dinamis dan pelik mengingat di setiap Kawasan memiliki standar berbeda. 
Hampir di setiap event selalu terjadi perdebatan yang panjang. 
Meskipun pada akhirnya semua saling memaklumi. 
Kondisi ini Diakibatkan oleh beberapa hal  ;
  1. Tidak ada Lembaga yang otoritatif (berwenang) mutlak selain EO penyelenggara yang bertanggungjawab penuh pada stau event. 
  2. Tidak ada musyawarah antar EO dari berbagai Kawasan yang resmi, untuk menyamakan persepsi dan standar yang baku. 
  3. Tidak ada database yang lengkap (Nama, Nam Asli, Foto dan Vidio Pertandingan) untuk pemain pingpong di atas 1000 pemain.
Misalnya EO yang berjumlah 2 orang plus wasit, memverifikasi pemain sejumlah 400-600 orang. Berdampak pada EO yang tidak bisa tegas menilai divisi.
Akhirnya karena kekecewaan itu, berdampak pada minimnya kesadaran dari para peserta untuk mendaftar secara jujur.
Setiap event sebesar dan serapih apapun selalu menyimpan kekecewaan kepada panitia penyelenggara.
Terutama bagi yang kalah dan merasa dirugikan oleh kekeliruan menilai kelas pemain. 

Kelebihan system divisi Perdebatan soal divisi menjadi menu yang tiada habisnya dan tiada ujungnya. Kondisi yang menjenuhkan ini sempat membuat para penghobi tenis meja patah semangat. Beberapa event turnamen sepi peminat, dan beberapa PTM pun sepi pengunjung.

Jika kondisi ini terus berlanjut, maka aka nada beberapa dampak pada ;
  1. Penghobi tenis meja perlahan menurun dan habi. 
  2. Pelatih tenis meja menjadi sepi pelanggan. 
  3. Pengusaha merchandise dan alat tenis meja menjadi sepi pembeli. 
  4. EO dan para wasit menjadi kekurangan job.
  5. Sponsor Turnamen semakin mejauh karena citra turnamen yang negative.

Sampai akhirnya ada beberapa EO yang mencoba kembali memberlakukan turnamen bebas divisi. Hasilnya, memang minim polemik, tapi dampak buruknya turnamen tersebut menjadi sepi peminat. Tuntutan biasa sponsor lebih besar, Biaya turnamen membengkak serta UMKM sepi pembeli.
Kondisi ini menjadi sulit bagi Organisasi/komunitas tenis meja dengan resource (sumberdaya) finansial yang lemah. Banyak PTM dengan kapasitas besar menjadi kesulitan membuat event. Dapat disimpulkan, Serumit rumitnya turnamen mengunakan system divisi, lebih pedih lagi bagi panitia untuk turnamen dengan menggunakan system tanpa divisi.
 
Jalan Tengah Tenis meja dalam perkembangannya yang lebih pesat, tanpa sadar telah menjadi bagian besar yang mendarahdaging dalam keseluruhan waktu kehidupan. Kebutuhan akan adanya event turnamen tenis meja tidak hanya soal prestasi. Ada nilai lain yang lebih besar, berupa silaturahmi yang mempererat persatuan masyarakat, kesejahteraan UMKM yang memicu perputaran ekonomi. 

Pemain tenis meja seperti memakan sambal, merasa pedas tapi makan lagi, makan lagi sambal itu. Biar komplen terus, tapi tetap daftar terus di tiap turnamen. Biar kalah yang penting senang. Bisa kumpul sama kawan, enak makan enak ketawa bareng. Banyak yang hidup secara langsung ataupun tidak langsung dari dunia tenis meja. Siapa yang hidup dari tenis meja, harus bersedia menghidupkan tenis meja untuk kelangsungan hidupnya. Siapa yang berlindung dalam satu rumah, berkewajiban menjaga dan memperbaiki rumah tersebut untuk kenyamanan tempat tinggalnya. 
Salam satu meja !

 Artikel berikut dikutip dari Wildan Alami Master K Organizer.

#hobipingpong #tenismejaindonesia #mainpingpong #tabletennis #maintenismeja #tenismeja
Related Posts